CERPEN BAHASA INDONESIA

 

Pelangi Setelah Hujan

Karya: Adista Mentari P. S

Kaluela Prabhandari, itu lah nama lengkapku. Kamu bisa memanggilku Kalu. Aku lahir di Kota Jakarta, 9 Agustus 1998. Angka yang cantik bukan? 9898... hehehehe. Papaku keturunan asli Sunda, dan Mamaku keturunan asli Jawa. Jadi aku blasteran Sunda-Jawa. Aku memiliki kakak yang terpaut 8 tahun diatasku, dia adalah seorang dokter ahli bedah dalam. Bagaimana denganku? Yaa, aku adalah seorang gadis remaja berusia 18 tahun yang sedang duduk dibangku kelas XII.

Aku memiliki 3 sahabat yang bernama Elin Rayita (Elin), Giani Fajri (Gia), Oxtella (Ocel). Mereka adalah teman sekelasku. Kami selalu bersama baik dikelas maupun diluar sekolah. Dengan pasangan duduk berdua, kami selalu memilih tempat duduk berdekatan, aku bersama Elin dan Gia bersama Ocel. Saat ini kami sedang sibuk menyiapkan Ujian Akhir Semester dan mendaftar beasiswa-beasiswa untuk melanjutkan di jenjang perkuliahan, baik beasiswa universitas dalam negeri maupun luar negeri. Universitas impianku adalah Universitas Oxford yang terletak di Kota Oxford, Inggris. Sedangkan Elin memiliki impian di Universitas Waseda Jepang. Sedangkan Gia ingin berkuliah di Universitas Melbourne Australia. Sedangkan Ocel ingin berkuliah di Seoul National University Korea Selatan. Yaaappp.... impianku dan ketiga sahabatku berebeda-beda, tetapi kami saling menyemangati satu sama lain. Hari-hari kita lewati bersama dengan belajar bersama berharap akan lulus SMA dengan nilai yang memuaskan dan bisa mendapatkan beasiswa di universitas yang kami harapkan.

Ujian Akhir Semester telah selesai. Liburan UAS pun tiba. Malam ini tepatnya sekarang aku sedang menunggu ketiga sahabatku datang kerumah untuk menginap. Yap, hari ini weekend dan kami ingin menghabiskan waktu bersama. Aku sangat senang sekali. Aku dan sahabatku akan menggelar “Piyama Party”. Aku menunggu ketiga sahabatku sambal menonton tv. Tiba-tiba, saat aku sedang duduk menonton tv, aku mendengar bunyi bel rumah.

“Ting-tong… Ting-tong…” (Suara bel rumah berbunyi)

Aku langsung lari terbirit-birit untuk membukakan pintu. Ternyata seorang pengantar paket yang mengantarkan sebuah surat. Aku segera menerima surat tersebut dan menutup pintu. Setelah menutup pintu aku segera membuka surat itu. Oke, setelah kubuka ternyata isinya adalah sebuah kertas yang berisi penuh tulisan. Setelah aku baca itu adalah surat dari Oxford University yang berisi bahwa aku mendapatkan beasiswa kuliah selama 4 tahun disana, atau bisa dikatakan aku mendapat beasiswa penuh. Tangan dan tubuhku gemetar... Aku sangat senang!!! Yaaaa!!! Itu adalah kesempatan emas yang aku tunggu-tunggu. Tapi apakah sahabat-sahabatku juga mendapatkan surat? Ah sudahlah aku pikirkan nanti. Aku langsung memberitahukan berita ini kepada kakak dan kedua orang tuaku.

“KAKAK…. MAMAH…. PAPAH….” (Panggilku dengan girang)

“Ada apa adek?” (Kata papa sambil keluar dari kamar, kakak turun tangga, mama dari dapur dan berkumpul di ruang keluarga)

“LIHAT INI !!! Adek mendapatkan beasiswa”. (Sambil menyodorkan surat)

“WAHH... SELAMAT KAMUUU HEBATT….” (Ujar kakak senang sambil membaca surat)

“Selamat adek sayang, perjuangan adek belajar siang malam tidak henti mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan keinginan dan harapan adek” (Kata mama sambil berkaca-kaca)

“Adek… Selamat ya, papa bangga sekali dengan kamu. Ini adalah awal perjalanan menuju kesuksesan. Jangan sia-siakan kesempatan ini, tetap terus belajar rajin dibangku perkuliahan” (Kata papa sambil memelukku)

“Terimakasih mamah… papah… kakak, ini semua juga berkat doa dan bantuan kalian sehingga adek bisa mendapatkan beasiswa di Universitas Oxford Inggris.”

Selang beberapa saat bel rumah berbunyi lagi. Aku segera membukakan pintu sambil berharap yang datang adalah ketiga sahabatku. Ternyata benar ketiga sahabatku yang datang.

“Assalamuallaikum Kalu… Assalamualaikum Kalu…” (Terdengar dari balik pintu)

“Waalaikumsalam… Akhirnya kalian datang. Ayo masuk-masuk, kita langsung ke kamar”. (Sambil membukakan pintu)

Sesampainya dikamar kita mengobrol banyak hal. Sampai pada akhirnya aku memberitahukan kepada sahabatku tentang kabar gembira tadi.

“Aku punya kabar gembiraa.. barusan aku mendapatkan surat dari pengantar paket yang berisi tentang pengumuman beasiswa. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa di Univesitas Oxford Inggris selama 4 tahun, benar-benar salah satu impianku terwujud.” (Ujar Kalu sambil menangis)

“Sudah jangan menangis... kamu pantas mendapatkannya.” (Ujar Elin sambil memeluknya)

“Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah mendapatkan surat? (Tanya Kalu sambil sesenggukan)

“Kita punya surprise buat kamu, tutup mata dulu dong!” (Kata Gia sambil menutup mata Kalu)

“TAAARRRAAAAA....!!!!!!!” (Teriakan Elin, Gia, dan Ocel  yang bersemangat)

“Kita juga dapat balasan surat dari universitas yang kita daftarkan. Aku berhasil mendapatkan beasiswa di Seoul National University!!!!! (Ucap si Ocel)

“Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Waseda!!! (Ucap Gia)

“Aku juga berhasil mendapatkan beasiswa di Melbourne University!!!! (Ucap Elin)

“Waaaaaa..... kita memang pantas mendapatkannya!! Kita belajar siang malam setiap hari, dan terbayar sudah semua rasa lelah kita.” (Tangisan Kalu, Elin, Gia, dan Ocel pecah)

“Kita akan terpisah.. Kalu di Inggris, Elin di Jepang, Gia di Australia, Ocel di Korea Selatan. Aku pasti kangen dengan kalian, kalian berkumpul seperti ini. (Ucap Elin sambil menangis)

“Kalau kita ada liburan semester, kita harus menyempatkan waktu untuk bertemu, mungkin bisa di Inggris atau Jepang atau Korea Selatan atau Australia atau juga bisa di Indonesia ketika kita pulang kampung. (Ucap Gia sambil menahan air mata)

“Kalaupun kita tidak sempat untuk bertemu, kita bisa saling bertukar kabar lewat grup Whatsapp kita. Tiap saat bisa chat, kita juga bisa videocall, pokoknya harus disempatkan memberi kabar.” (Ucap Ocel sambil menenangkan Kalu, Elin, Gia)

Akhirnya aku dan ketiga sahabatku larut dalam tangisan kebahagiaan dan kesedihan. Bahagia karena kita berasil mendapatkan beasiswa di universitas impian kami, sedih karena kita akan berpisah untuk melanjutkan kuliah di beda negara dan tidak bisa bersama.

Selang waktu berlalu... aku sudah berada di Inggris. Elin sudah berada di Jepang. Gia sudah berada di Australia. Ocel sudah berada di Korea Selatan. Ternyata berkuliah cukup melelahkan, tugas kuliah yang diberikan juga berat. Yaaaa.. mungkin memang bobotnya berbeda, apalagi kami berkuliah di Universitas terbaik di negara yang kita tempati. Kita hanya bisa bertukar kabar lewat grup Whatsapp, liburan semester juga tidak bisa pulang ke Indonesia karena pandemi, ada juga yang harus mengerjakan projek kuliah dengan dosennya. Untuk menambah pengalaman dan bersosialiasi dengan orang baru, aku memutuskan untuk part-time di salah satu cafe dekat tempat tinggalku. Lumayan buat nambah uang jajan, hehehhee......

4 tahun sudah kami menempuh pendidikan di negara orang, dan sudah waktunya menyempatkan kembali ke Indonesia untuk bertemu dengan keluarga dan sanak saudara, tidak lupa juga bertemu dengan sahabat-sahabatku. Aku memulai chat di grup Whatsapp terlebih dahuluu...

“Haiiii.. minggu depan aku balik ke Indonesia. Kalian bagaimana?” (ucap Kalu)

“Aku minggu ini balik Indonesia, yeayyy!!! Sudah kangen banget suasana disana. (ucap Elin)

“Aku 2 minggu lagi, karena harus menunggu Ijazah dulu.” (Ucap Gia berisi kesedihan)

Aku 3 hari lagi balik Indonesia. Aku duluan yaa.. wleeee xixixixiix... aku tunggu di Indonesia!!!! (Ucap Ocel sambil mengejek ketiga sahabatnya)

Akhirnya kami pulang ke Indonesia dan berkumpul setelah sekian lama, menceritakan semua kejadian 4 tahun yang belum terceritakan. Karena masih kangen, kami memutuskan untuk menginap dirumahku sambil bernostagia kejadi 4 tahun yang lalu ketika kami mendapatkan informasi tentang beasiswa.

Singkat cerita beberapa bulan setelahnya, kita mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang kita harapkan. Jadi memang benar, kita harus merasakan pahitnya kehidupan dulu agar tahu manisnya kehidupan setelahnya. Pengorbanan dan rasalah lelah akan terbayarkan dengan kesuksesan yang akan datang. Inilah yang dinamakan Pelangi Setelah Hujan.


 

Komentar